Pemeriksaan tinja
langsung (direct) dan pewarnaan permanen tinja dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya tropozoit dan kista dari protozoa. Terutama pewarnaan permanen digunakan
untuk mengidentifikasi protozoa dan untuk melakukan konfirmasi hasi emeriksaan
lain. Selain itu pewarnaan permanen digunakan pula untuk membuat media
pembelajaran bagi mahasiswa. Pewarnaan permanen yang paling sering dipakai
adalah pewarnaan menurut Heidenhain metode iron
hematoxylin. Hasil pewarnaan dapat bertahan sampai beberapa tahun, apalagi
bila pewarnaan dilakukan dengan cara lambat.
Heidenhain’s iron hematoxylin staining dapat digunakan untuk mewarnai spesimen yang baru maupun spesimen yang
sebelumnya sudah diawetkan dengan bahan pengawet PVA, namun demikian jangan
digunakan untuk mewarnai spesimen yang semula diawetkan dengan pengawet
formalin maupun MIF karena akan terjadi warna yang kurang memuaskan.
Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat zat pewarnanya
:
1.
Larutan Schaudinn
Alkohol 95% ..................................................................... 1 bagian
Larutan jenuh HgCl2 ......................................................... 2 bagian
Campurkan alkohol dengan HgCl2 jenuh dan kocok
dengan seksama. Bila akan menggunakan larutan Schaudinn, tambahkan 5 ml asam
asetat glacial pada 100 ml campuran di atas.
2.
Larutan Iodine alkohol
Masukkan Kristal iodine ke dalam 70% alkohol sampai
diperoleh warna yang kehitaman. Sebelum digunakan tambahkan 70% alkohol pada
larutan tadi sampai diperoleh warna yang menyerupai warna teh tua.
3.
Larutan Mordant ( kontras )
Ammonium Ferri Sulfat ( kristal violet ) ........................... 4 gram
Aquades ............................................................................ 100 ml
Karena Kristal violet berbongkah, sebaiknya digerus
terlebih dahulu sebelum dilarutkan agar kelarutannya cepat. Larutan ini harus
disimpan di lemari es.
4.
Stock Hematoxylin ( 10% )
Kristal Hematoxylin .......................................................... 10 gram
Alkohol 96% ..................................................................... 100 ml
Terlebih dahulu larutkan hematoxylin dalam sedikit
alkohol, baru kemudian tambahkan sisa alkohol yang ada. Biarkan larutan ini
menjadi tua dengan menyimpannya selama 6 minggu sebelum dapat digunakan. Untuk
membuat larutan zat warna Hematoxylin, maka larutkan 5 ml stock hematoxylin
yang telah tua dalam 95 ml aquades. Larutan ini tidak stabil, oleh karena itu
harus dibuat hanya pada saat akan digunakan saja.
5.
Larutan peluntur
a.
Larutan Ferric alum (2%)
Encerkan larutan mordan (kontras) dengan aquades dalm perbandingan 1:1.
Larytan sebaiknya ibuat saat akan digunakan.
b.
Larutan jenuh asam pikrat
Larutkan 2 gram asam pikrat di dalam 100 ml aquades. Kocok dengan seksama
dan biarkan selama beberapa hari dan dikocok sesekali selama pendiaman. Setelah
semua asam pikrat terlarut dan tertinggal beberapa bagian yang tak terlarut,
lakukan penyaringan. Larutan ini sangat stabil pada penyimpanan yang lama.
6.
Carbol Xylene ( 1:3 )
Untuk membuat larutan ini ditambahkan 1 bagian phenol
cair ke dalam 3 bagian xylene. Phenol Kristal dapat dicairkan dengan cara
memanaskan di dalam penangas air (waterbath). Larutan ini sangat stabil dalam
penyimpanan yang lama.
7.
Larutan jenuh Lithium Carbonat
Larutkan serbuk lithium carbonat ke dalam aquades sampai
tidak dapat terlarut lagi (biasanya 1-2 gram lithium carbonat dalam 100 ml
aquades). Simpan larutan ini dan akan tahan dalam waktu yang lama.
Teknik pewarnaan dengan
larutan iron hematoxylin di atas ada 2 cara, yaitu cara cepat dan lambat. Cara
lambat memberikan hasil yang lebih baik daripada cara cepat. Langkah-langkah
yang dilakukan agar memperoleh hasil yang memuaskan adalah :
1.
Oleskan spesimen tinja pada objek glass (slide) yang
bersih. Jika perlu, encerkan spesimen dengan garam fisiologis (NaCl 0,9%)
2.
Segera masukkan spesimen yang telah dioleskan tadi ke
dalam larutan Schaudinn. Untuk mewarnai spesimen yang segar (bukan awetan)
sangat dianjurkan bahwa spesimen yang tela dioleskan pada objek glass tidak
dibiarkan menjadi kering. Mulai dari saat dioleskan sampai selesai pewarnaan,
jangan sekali-kali spesimen dibiarkan kering. Hal ini sangat kritis dan perlu
diperhatikan dengan seksama.
Apabila terpaksa harus menunda pewarnaan, maka simpan spesimen tadi dalam
alkohol 70%.
3.
Selanjutnya lakukan sebagai berikut :
Kegiatan
|
Cara cepat
|
Cara lambat
|
Larutan Schaudinn
|
5 menit, 50oC
|
60 menit di suhu
kamar
|
50% alkohol
|
3 menit di suhu kamar
|
3 menit di suhu kamar
|
Iodine alkohol
|
5 menit di suhu
kamar
|
3 menit di suhu
kamar
|
50% alkohol
|
3 menit di suhu kamar
|
3 menit di suhu kamar
|
Air
|
3 menit di suhu
kamar
|
3 menit di suhu
kamar
|
Mordant
|
10-20 menit 50oC
|
12-24 jam suhu kamar
|
Air 2 kali ganti
|
3 menit (total)
|
3 menit (total)
|
0,5% hematoxylin
|
5-10 menit 50oC
|
12-24 jam suhu kamar
|
Larutan peluntur
Ferric alum
Atau
Asam pikrat
|
1-3 menit
5-10 menit
Sebaiknya dicek di mikroskop
|
1-3 menit
5-10 menit
Sebaiknya dicek di mikroskop
|
Air mengalir
|
5-30 menit
|
5-30 menit
|
Lithium carbonat
|
3 menit
|
3 menit
|
95% alkohol
|
5 menit
|
5 menit
|
Carbol Xylene
|
5 menit
|
5 menit
|
Xylene
|
3 menit
|
3 menit
|
Beri perekat permount atau
sejenisnya dan tutup dengan cover (deck) glass
|
Saat
yang paling kritis saat pewarnaan ini adalah saat mencuci dengan larutan
peluntur. Setiap ½ menit, 1 menit, dan 2 menit sekali spesimen harus diangkat
dari larutan peluntur dan dibilas dengan air bersih untuk memperlambat proses
pelunturan atau menghentikannya serta di cek di bawah mikroskop. Proses
pelunturan dianggap selesai bila pada pemeriksaan di bawah mikroskop struktur
parasit terlihat dengan jelas secara detil, misalnya nukleusnya.
Apabila
pada pemeriksaan di bawah mikroskop parasit sulit ditemukan, pelunturan
dianggap selesai bila latar belakang pewarnaan menjadi berwarna lebih kelabu.
Karena asam pikrat bekerja lebih lambat daripada ferric alum, maka pelunturan
dengan asam pikrat lebih mudah dikontrol.
Tropozoit Entamoeba histolytica |
Tropozoit Entamoeba coli |
Giardia lamblia, kiri: kista, kanan: tropozoit |
Kista Balantidium coli |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar